Loading



Sebaiknya Kita Pandai Berkaca Diri

AGEE COMPUTER | 8:44 AM | |
Source of Google

Bagaimana saya harus mengawali tulisan ini? Yang pasti saya ingin membahas orang-orang yang tidak suka berkaca diri, dalam artian saat mereka mengucap atau menilai sesuatu atau seseorang mereka tidak pernah melihat dirinya.

Di atas langit masih ada langit

Pepatah di atas artinya ketika kita merasa hebat atau pandai, jangan lupa bahwa masih ada orang lain yang lebih hebat atau lebih pandai dari kita. Kesombongan seperti itulah yang kelak akan membuat kita rugi, dan mungkin akan menanggung malu seumur hidup kita. Saya seperti tersadar bahwa orang-orang seperti ini juga akan sering menghina orang, dan selalu merasa dirinya paling hebat. Tidak seharusnya kita begitu, meskipun kita memang hebat, namun alangkah baiknya kita selalu renah hati tidak sombong dan selalu menyadari bahwa masih banyak orang yang masih hebat dari kita.
 
Ketika seseorang berbicara atau mempergunjingkan seseorang, ingatlah bahwa belum tentu orang yang kita pergunjingkan lebih buruk dari kita, dan saya belajar untuk tidak berbicara atau bahkan menghina seseorang. Banyak kejadian di sekitarku, ketika mereka mempergunjingkan saya, dibelakang saya, karena (maaf) saya belum konsisten dengan hijab saya, waktu itu saya masih buka tutup hijab. Mereka membicarakan saya dibelakang saya (bergunjing), saya inilah itulah, saat itu saya hanya diam, dan memperhatikan saja apakah mereka memang lebih baik dari saya.

Setahun, dua tahun dan saya mendapatkan hasilnya. Yah, hasil pengamatan saya terhadap omongan mereka. Lihat si A berkerudung, saya hanya berkomentar, "Oh sekarang berkerudung. Alhamdulillah kalau begitu" Melihat si B berkerudung, komentar saya masih saja sama. Kemudian menyusul C dan D. Tak lama setelah itu saya melihat salah satu dari mereka berjalan dengan tidak memakain kerudung/hijab. Kemudian disusul lagi salah satu dari mereka, meng-upload fotonya yang tengan memamerkan rambutnya. Nah, dari pengalaman ini saya ambil, kita tidak boleh menilai orang lain, nilailah diri kita sendiri, perbaiki diri kita sendiri. Jangankan mereka yang dulu menghina saya, lalu hinaan mereka kembali pada diri mereka sendiri, saya pun tidak munafik juga sering begitu. Pelajaran hidup ini adalah ketika kita sudah mengalam pengalaman-pengalaman dan memetik hasil dari pengalaman itu sendiri, baru bolehlah kita ngomong dan menilai orang lain. Saya terkadang geregetan mendengar penilaian orang lain terhadap saya, apalagi jika membawa ketaatan saya pada agama saya sendiri, apalagi orang yang menilai saya itu orang lain, dalam artian dia bukan siapa-siapa saya. 

Saya sih, terserah apa yang mereka nilai saya, penilaian bagus ya syukur alhamdulillah, penilaian buruk, itu mungkin yang harus saya rubah pada diri saya sendiri. Mungkin saya memang tidak bisa dan tidak pintar mencari kelemahan saya, jadi mereka yang sukanya mencari kelemahan orang bisa sangat membantu saya untuk menjadikan saya lebih baik lagi, hehehe...

NB:
Maaf, tulisan saya kali ini agak menyinggung keyakinan saya, tapi bukan maksud saya begitu. Saya sebel aja sama orang-orang yang menilai orang lain tanpa melihat dirinya sendiri bagaimana, atau janganlah menilai orang dari sudut pandang negative terus. Terkadang kita tidak sadar telah menghina atau bergunjing tentang orang lain namun kemudian hari kita merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.
Read More