Daun yang jatuh tak pernah membenci angin,
daun tidak pernah membenci angin meski harus terengutkan dari tangkai pohonnya..
dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. Setidaknya mengajarkan pada kita, Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti.. pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami.. pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.
Tere Liye
Dari daun yang jatuh saya diajarkan tentang menerima, mengerti, dan memahami..
Saya ikhlas atas segala takdir yang Tuhan tetapkan pada saya,,
dengan ujian yang diberikan-Nya, semoga menambah kemuliaan dihadapan-Nya..
Saya memahami kehidupan melalui sang daun. Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri, begitu pun saya pernah mengalami rasa dendam yang luar biasa.
Bagaimana seseorang yang kamu cinta berselingkuh, dan direbut. Memang awalnya saya sangat membenci sang perempuan, yang sangat tega merenggut kebahagiaanku. Dendam itu hingga berbulan-bulan hingga aku menyadari bahwa dendam itu hanya menyengsarakan hati sendiri. Saat itu saya melihat daun yang jatuh, saya merenung, banyak sekali yang saya renungkan kala itu. Hingga mendapat kesimpulan seperti Tere Liye katakan --- "daun yang jatuh tak pernah membenci angin, daun tidak pernah membenci angin meski harus terengutkan dari tangkai pohonnya.."
Akan kah saya menangis ketika itu? tidak. Hanya meninggalkan sedikit kekecewaan, kecewa padanya, dan mungkin lebih tepat kecewa pada diri saya sendiri, karena salah memaknainya. Menggantungkan rasa itu pada manusia, toh dia tetap manusia, yang juga tak luput dari kesalahan, dia duakan seseorang yang tak sempurna, mencari yang sempurna tapi kelak akan ada seseorang yang menyempurnakannya seseorang yang pernah dia anggap tidak sempurna. Tapi memang benar, saya tidak sempurna, justru ketidak sempurnaan saya, saya lebih banyak belajar, dan saya yakin akan mendapatkan seorang yang mampu membuat saya sempurna. Tuhan menjawab doa saya, Tuhan telah memberikan saya seseorang yang menyempurnakan saya.
Kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan tersebut, atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah "pekerjaan jiwa" yang besar dan agung: MENCINTAI. Karena saya pernah mengalami kekecewaan, perasaan terhina, bahkan juga melankolis. Dari sini saya belajar untuk memaafkan, dan ikhlas.
Saya memaafkan perempuan itu, dan laki-laki yang telah mengkhianati saya beberapa tahun silam. Saya hanya tidak ingin diikuti rasa dendam dalam hati. Yang saya syukuri, dan saya nikmati, saya mendapatkan seseorang (yang sekali lagi harus saya tulis) yang mampu membuat saya sempurna dengan cinta dan kasih yang telah ia berikan kepada saya yang sebelumnya saya belum pernah merasakan cinta yang seperti ini.
Repost.
Madiun, Sunday, August 21, 2011