Nah, pada posting saya yang berjudul “Sawang Sinawang” ada kalimat kecil yang berarti menerima pemberian-Nya apa adanya. Nrimo ing pandum dalam istilah jawa mempunyai makna sebagai bentuk kondisi pengendalian terhadap hawa nafsu atau banyaknya keinginan dalam hidup di dunia ini.
Sikap menerima, mengandung arti yang sangat dalam pada keadaan yang mau tidak mau harus kita hadapi, dan menerima dengan sangat lapang dada. Menerima disini bukan berarti menyerah dengan keadaan, namun lebih menekankan pada sifat BERSYUKUR dengan apa yang sudah kita dapat, dengan kata lain tidak ngresula atau mengeluh.
Kepanjangan filsafah “nrima ing pandum” tak hanya sepenggal dari kata-kata tadi. Lengkapnya: “nrima ing pandum, lan nrima nalika ora keduman” — Menerima ketika kita mendapat sesuatu, dan menerima menerima ketika tidak mendapatkan sesuatu. Kata lain yang mampu kita gunakan adalah ikhlas. Seseorang yang memiliki sifat ikhlas, adalah orang-orang yang tergolong beruntung. Tidak semua manusia memiliki sifat ikhlas, dan sifat ikhlas sangat sulit kita pegang. Hanya satu kunci dari ikhlas, yaitu beriman kepada-Nya, Allah SWT. Saya pun terkadang sulit mengiklhaskan sesuatu yang tidak bisa menjadi milik saya, namun saya percaya ini bukan yang terbaik untuk saya, dan saya percaya Tuhan tahu yang terbaik untukku.
Kita harus belajar menerima keadaan yang terjadi dengan kita, sepahit apapun. Karena Allah maha tahu, Allah tahu yang terbaik untuk kita. Kita bisa belajar dari kehidupan sekitar, dan banyak hal yang terjadi lingkungan kita. Orang yang sering tidak bisa Bersyukur atau iklas dengan segala karunia Allah adalah orang-orang yang tak pernah puas dengan apa yang diraihnya. Maka sering terjadi hal-hal yang seharusnya kita bisa melakukannya di jalan Allah, ini sebaliknya, melakukan hal-hal dengan cara tidak diridhoi oleh Allah atau bisa dibilang menhalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita ingin. Naudzubillah…
Apa tidak lebih nyaman dan damai seandainya kita dapat melakoni hidup dengan tanpa ambisi namun bisa menyelesaikan kewajiban dengan sesempurna dan setulus hati? Menuntaskan apa yang terdapat di hadapan kita dan bukan berangan-angan khayal ke mana-mana? Pertanyaan yang orang lain tak mampu menjawabnya, dan hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.
. . Merry Indria, on Saturday night June 11, 2011 at 7:52 pm.