Sore tadi melihat status seorang teman akrab, saya tertarik dengan peribahasa Jawa ini "Timun Wingkuk Jaga Imbuh". Arti yang dalam peribahasa ini adalah "wong bodho kanggone yen kekurangan wae.". Seperti diketahui bentuk timun tidak sempurna, tapi biasanya kita sayang untuk membuangnya. Ketimun biasanya hanya digunakan untuk tambahan atau bonus, seperti saat kita membeli ayam panggang, ketimun ini hanya sebagai lalapan, dan tak semua orang suka makan lalap. Atau bisa kita temui pada makanan seprti nasi goreng, mie goreng, dll.
Jika kita sering mendengar peribahasa "Tak ada rotan, akar pun jadi", apapun bisa kita gunakan untuk melengkapi atau lebih tepatnya mengganti sesuatu untuk menyempurnakan hal tadi. Dalam kehidupan kita bisa melihat hal-hal kecil yang menggambarkan Timun Wungkuk tadi. Seperti ketika kita di kelas sebagai murid, murid hanya diberi batas hanya diberi (ilmu) tanpa ada yang memberikan kesempatan untuk memberi. Tekadang "pemberian" murid hanya dianggap hal sepele oleh guru. Saya pernah mengalami hal-hal tersebut ketika SMP bahkan di Perguruan Tinggi. Ketika saya memberikan pendapat, argumen, dan bahkan membenarkan ketika dosen mengajarkan sesuatu yang salah (bukan maksud saya ini keminter), terkadang ada guru yang tidak terima dan bahkan saya sempat dibilang "Sok tahu" oleh dosen saya. Begitulah pemikiran dia yang mungkin masih melekat bahwa guru itu selalu benar, dan murid itu harus patuh dan menerima apa yang dia ajarkan, ketika ada hal yang murid lebih tahu, guru tak mau disalahkan dan mengakui kesalahan.
Di dalam kehidupan rumah tangga pun sering terjadi hal yang sama. Bahkan banyak sekali teman dan sahabat yang curhat, dan mengeluh soal sikap suaminya. Banyak suami yang menganggap istri itu sebagai objek penderita, yang diperlakukan seperti pembantu, karyawan dan bahkan hanya dimanfaatkan untuk memenuhi keegoisannya. Sebaiknya suami tidak berperilaku seperti itu, sebaiknya suami menyayangi istri, dan menjadikan istri sebagai pemeran utama yang membuat alur cerita kehidupan suami lebih indah.
Begitu juga dengan istri yang menganggap suami adalah mesin ATM, yang kapan pun bisa diambil uangnya untuk kepuasan hati semata. Istri itu seharusnya bisa memelihara harta suami, baik saat dekat dengan suami bahkan jauh dari suami. Bangunlah "Rumah" yang nyaman dengan pondasi pengertian, dan saling berempati.
Di sisi lain, bentuk dari Timun Wungkuk Jaga Imbuh adalah bentuk kerendahan hati, menempatkan diri sebagai pemain cadangan yang selalu siap dipakai jika pemain utama diharuskan berhenti dari permainan. Jadi, sebagai pemeran pengganti harus banyak menerima. yang terpenting merendahkan hati tanpa harus merendahkan diri