Loading



Prasangka

AGEE COMPUTER | 10:01 AM | |
Akhir-akhir ini mantan artis cilik Marshanda kena bully para haters bahkan yang awalnya nge-fans jadi ilfeel dan bahkan yang paling extrem jadi haters yang caciannya tajem pake banget lagi. Berawal dari berita perceraian dengan Ben, dan sekarang Marshanda malah membuka hijabnya itulah yang menjadikan dia bulan-bulanan masa di media sosial. Prasangka-prasangka publik kepada Marshanda bermacam-macam, dari yang menghina, menasihati dan memuji.

Yang namanya Prasangka itu kan hanya dugaan-dugaan awal, baikya  itu prasangka baik maupun prasangka buruk. Ada sedikit penilaian bagus atau tidak terhadap sesuatu yang dirasa terhadap kegiatan dilingkungan, penilaian yang begitu cepat, seperti berfikir baik atau buruk, feeling so good atau sebaliknya. Sedikit penilaian-penilaian masyarakat ini adalah reaksi atas pengalaman-pengalam mereka terhadap hal yang pernah mereka rasakan. Kemungkinan para komentatornya Marshanda ini pernah merakan dan melihat bahkan mungkin tahu dan memahami sesuatu ilmu, sehingga mereka berani ber"prasangka" lalu ikut mengkomentari sesuatu hal yang sedang terjadi.

Ngomongin soal prasangka, ternyata bukan hanya milik perorangan, tapi juga menjadi penyakit masyarakat yang bisa disebabkan oleh tontonan layaknya sinetron, acara gosip/infotainment atau mulut manis sang ibu-ibu alias gosip dan itu ternyata secara tidak sadar menular.



Banyak opini yang mengatakan bahwa dari prasangka bisa berkembang menjadi gambaran atau imajinasi, kemudian muncul pnadangan-pandangan terhadap seseorang hanya melihat dari apa yang seseorang atau orang lain lakukan padahal orang lain tak seperti apa yang disangka orang-orang tersebut.
Jika kita berfikiran positif, maka dibalik apa yang kita lihat akan menghasilkan sisi positif, begitu juga sebaliknya, jika berfikiran negatif, maka akan menghasilkan sisi negatif. Dari situ kita akan mungkin bisa membukakan mata kita untuk melihat banyak hal.

Kadang orang hanya ingin hidup dalam dunia mereka sendiri. Ingin enaknya sendiri, egois, mengurusi kehidupan orang lain, namun dibalik itu semua kita adalah makluk sosial, yang harus tahu batas dan aturan ketika kita bersosialisasi. Akhirnya karena alasan tertentu, ada beberapa orang yang suka lewat jalan aman, menghindari masalah, dan bilang "I don't need you to understand. I couldn;t care less of what you think. My happiness has nothing to do with your approval." atau dengan kata lain, "Terserah deh, yang penting gue ga nyenggol hidup lo, dan lo juga ga nyenggol hidup gue."  Saya menyebut orang seperti ini adalah orang yang egois, dan pikiran-pikiran yang kekanak-kanakan, pada akhirnya sering membenturkan keinginan pribadi dengan yang terjadi dalam kenyataan.

Dalam bermasyarakat terutama public figure, tak hanya Marshanda, sering kali melakukan sesuatu hal yang memancing public untuk berprasangka buruk daripada berprasangka baik kepadanya. Membangun prasangka baik kepada public memang tidak semudah membalikan tangan. Beratnya menjadi public figure adalah selalu menjadi contoh untuk para fans. Saya yang mengintip komen-komen Instagramnya Marshanda mungkin memahami kekecewaan mereka terhadap idolanya yang menjadi inspirasi dan motivasi, saya juga tidak menyalahkan Marshanda tentang keputusannya membuka hijabnya, toh sudah banyak fans Marshanda yang memberikan nasihat halus, baik hingga hinaan dan cacian, pun mungkin Marshanda sudah memperhitungkan resiko yang terberat. Saya bilang begini karena pernah mengalami seperti Marshanda, di saat saya masih belum mengerti tentang syariat dan ilmu agama. Toh saya yang bukan public figure juga mendapat prasangka buruk dari lingkungan sekeliling, tapi saya juga sama cueknya ketika itu, sama seperti Marshanda. Begitulah begitu egoisnya saya, dan begitu tak pedulinya saya juga masih dalam kondisi labil ketika itu. Menurut saya, Marshanda beruntung banyak yang menasihati dia secara langsung, even lewat tulisan di media social, kalau saya dulu mereka beraninya ngomong dibelakang saya, di depan saya sok manis dan pada akhirnya terus berprasangka buruk terhadap apa pun yang saya lakukan.


Itulah, terkadang kita sebagai manusia kurang menyadari. Kurang menyadari atas kesalahan sendiri dan tidak mau mengakui kalau ada yang lebih baik dari kita. Kurang menyadari bahwa kita hidup berdampingan dan membutukan. Selalu berprasangka buruk terlebih dahulu tanpa menelaah apa yang terjadi sesungguhnya. Hidup penuh dengan pro dan kontra, tinggal baimana kita menyikapi dengan bijak tanpa harus tidak peduli dengan orang lain.