Loading



Perahu Kertas

AGEE COMPUTER | 4:15 AM | | |

 
.

.
::: Kenangan cerita tentang masa kecil sang gadis lugu yang tengah bermain dengan sang hujan. Tertawa gembira, tiada gurat sendu di wajahnya, terlihat tak terbebani oleh kejam sang kehidupan.
Ketika ia melintasi sungai yang tergenang oleh kumpulan rinai hujan, ia berhenti sejenak meluangkan sedikit waktu untuk mengamati sang aliran air. Ia menemukan empat perahu kertas yang penuh warna, satu, dua, tiga, empat… Keempat perahu kertas itu seperti sedang berlomba menuju garis finish yang telah ditentukan. Dipungutnya salah satu perahu kertas tadi, dan ia membuka lipatan demi lipatan. Ada beberapa kalimat pada perahu kertas itu yang membuat ia tertarik. Ia tertegun sekejap, dan kemudian ia berlari mengejar tiga perahu kertas yang masih berlomba.

Satu persatu ia membuka lipatannya, di bukanya pelan-pelan agar tidak ada yang robek pada sisi-sisinya. Ada pesan di dalam perahu kertas itu, pesan dari seseorang di tujukan untuk Tuhan beserta alam. Sang gadis mengurutkan pesan dari ketiga perahu kertas itu, dan dibacanya satu-persatu.



::: Perahu kertas pertama berbunyi:

Tuhan, beserta sekalian alam, aku ingin memohon kepadamu. Lindungi ibu dan ayahku di surga. Jauhkanlah mereka dari siksaanmu, dan sayangi mereka seperti mereka menyayangiku ketika aku kecil. Meski hanya beberapa tahun aku bersama mereka, namun mereka adalah orang tuaku yang membesarkan aku. Jagalah mereka ya Tuhan. Esok hari aku akan menemui mereka, memeluk mereka, dan bercerita tentang perjalanan hidup yang telah aku lewati. Tentang kebahagiaanku, bahkan kekecewaanku. Tuhan, katakan pada mereka, aku menyayangi mereka, bibirku selalu tak luput mendoakan untuk mereka.
::: Perahu kertas kedua berbunyi:

Tuhan, beserta sekalian alam. Hari ini umurku menginjak 20 tahun, dan aku sedang merasakan jatuh cinta. Cinta pertama pada seorang pemuda tampan yang mempunyai jiwa seperti Muhammad saw. Tuhan, ijinkan aku menyayangi dia, jika Engkau tak merestui aku dan ciptaan-Mu yang sempurna itu bersatu. Aku tak ingin lancang memiliki seseorang jika itu bukan untukku, karena Engkau maha mengetahui yang terbaik untukku.

::: Perahu kertas ketiga berbunyi:

Tuhan, dan beserta alam. Umurku hari ini 20 tahun. Aku pun tak tahu batas umurku, aku tak tahu batas umur diambang kematianku. Tuhan, aku ingin selalu menjalankan semua perintah-Mu, menjalankan semua kewajiban yang engkau perintahkan tanpa memikirkan hak yang aku peroleh, karena aku ingin berbakti dan mendapatkan tempat di sisi-Mu. Tuhan, jika umurku panjang, berilah aku kesehatan agar senantiasa aku selalu bersujud pada-Mu. Jika Engkau memberikan umur pendek, aku ingin di akhir hayat dan ketika aku menghembuskan nafas, aku tak bergelimangan dosa.
Kemudian gadis itu membuka perahu kertas yang keempat:

::: Kosong

Tiada pesan yang tertulis di situ.

Gadis itu segera beranjak, dan berlari. Ia menelusuri sungai kecil, mencari seseorang penulis pesan kepada Tuhan. Ia berlari tanpa memperdulikan hujan yang semakin menepi, dingin mengigil tubuhnya. Tak lama ia menemukan seorang gadis berpayung biru berdiri di depan sungai kecil, memegang sebuah perahu kertas warna ungu.
Gadis kecil itu mendekat kepada gadis berpayung biru. Di sapanya sang gadis berpayung biru dengan ramah.
“Kakak yang menulis tulisan-tulisan ini bukan?” Ditunjukannya empat lembar kertas.
Gadis itu mengangguk, tersenyum manis.
“Namaku Shinta, nama kakak siapa?” Gadis itu tersenyum. Kemudian ia menuliskan sesuatu pada catatan kecilnya, kemudian ditunjukkannya sebuah nama. RIA.
“Kakak bisu?” Gadis bernama Ria itu menggeleng.
“Lalu kenapa kakak menulis semua ini?”
“Aku hanyalah seorang gadis yang tak sanggup berdiri pada kehidupan, hanya doa-doa yang menguatkan aku. Aku senang sekali menuliskan doa pada secarik kertas, lalu ku buat perahu agar ia berjalan sampai tempat tujuan yang ingin ia capai, aku ingin doaku terwujud pada keadaan apapun. Hidupku seperti itu, seperti perahu kertas itu, berjalan seperti air mengalir, dan tak selamanya lurus ke depan. Perahu kertas itu mengingatkan aku pada perjalanan hidup. Hanya doa dan sebuah usaha juga keyakinan yang mampu membuatku hidup hingga sekarang.” Diam sejenak. “Aku harus pergi, hujan sudah menepi. Terima kasih kamu sudah memungut perahu-perahu kertasku. Disitu ada lembar kosong, kamu boleh menuliskan sesuatu di dalamnya, perbincangkanlah pada alam.”
Ria kemudian berbalik, berhenti sejenak, dan kemudian berbalik lagi menatap gadis kecil itu, tersenyum.

Gadis kecil bernama Shinta meneruskan perjalanan pulang, sambil menggenggam lembaran kertas, yang terlipat-lipat, membawa kenangan “perahu kertas” dari Ria. Perahu kertas itu yang mengingatkan betapa hidup itu tak selalu berjalan dengan mulus, sesekali ia menabrak, dan sesekali ia berjalan terus hingga pada garis finish kehidupan yang telah Ia tentukan.

Read More

Berjalan

AGEE COMPUTER | 11:53 PM | | |


Hari ini, malam ini saya mendapat email dari seorang teman. Email yang benar-benar bagus menurut saya. Entah dia dapat artikel ini dari mana atau dari siapa, yang pasti saya menyukainya :)
Berjalan. saya yakin anda mengalami seperti ini:

Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi di lain waktu anda menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Anda punya motivasi dalam diri Anda



Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Anda akan berdiri dimana Anda suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun seseorang. Itu adalah waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda. Anda tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda. Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Anda melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat Anda berdiri, kan?

Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan rasa frustasi. Tapi Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Anda tahu bagaimana berjalan. Anda selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat berjalan.

Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri Anda. Dorongan itu memotivasi Anda

Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan. Anda tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Anda untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.
Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.
Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.

Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Anda membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi permasalahan yang sedang anda hadapi.

Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah. Lihatlah buah hati anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap anda, bahwa anda mampu dan bisa. Mereka percaya di dalam semua kehidupan Anda!
Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda pasti bisa.
“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah, dengan membuat perubahan hari ini!
Read More

Kosong

AGEE COMPUTER | 6:33 AM | |


Waktu berlalu. Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan. Bahkan di setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan, bagai denyut nadi di balik luka memar. Waktu seakan berlalu di jalan yang tidak rata, bergejolak dan di seret-seret, namun terus berjalan. Bahkan bagiku.

Aku pura-pura bodoh, menunduk memandang meja. Kemarahan itu nyaris, meski tidak sampai, mencapai wajahku. Sudah lama sekali wajahku tak pernah lagi membara oleh emosi apa pun.
Kabut tebal yang mengaburkan hari-hariku kini terkadang membingungkan. Aku tidak melawan kabut yang menyelubungi pikiranku saat berpaling menghadapi kenyataan. Sungguh menyedihkan menyedari diriku bukan lagi tokoh utama, bahwa kisahku sudah berakhir.

Sesuatu yang asing berdesir dalam pembuluh darahku. Aku menyadari, ada yang sudah absent dalam diriku, menggenjot denyut jantungku, dan nadiku semakin cepat berjuang melawan hilangnya sensasi. Untuk pertama kali dalam kurun waktu lama, aku tidak tahu harus mengharapkan apa esok pagi.

Hujan,
Hujan dingin menetes-netes dari rambutku, kemudian mengalir menuruni pipi bagai airmata. Air hujan membantuku menjernihkan kepalaku. Aku mengerjap-ngerjapkan air dari mataku, menatap kosong ke seberang jalan. Setelah memandang satu menit! Barulah aku menyadari dimana aku berada.



Kupandangi cahaya keperakan pucat yang menerobos jendela kamarku, terperangah. Untuk pertama kalinya dalam empat bulan lebih, aku bisa tidur tanpa bermimpi. Bermimpi atau menjerit. Entah emosi mana yang lebih kuat – lega ataukah shock. Aku berbaring diam di tempat tidurku selama beberapa menit, menunggu perasaan itu datang kembali. Sekarang setelah aku benar-benar terbangun, kehampaan mimpi itu menggerogoti saraf-sarafku, seperti anjing mengkhawatirkan di mana tulangnya dikubur.

Kutatap jalan tanah yang membentang panjang dihadapanku, diapit disisi kiri dan kanannya dengan tetumbuhan hijau rimbun berkabut, jalannya berpasir dan lembab. Terpaan angin kencang meniup kulitku hingga melekat erat di tengkorak dan menerbangkan rambut-rambutku ke belakang dengan kekuatan sangat besar, seolah-olah ada yang menariknya.

Aku tidak suka membayangkan akan kehilangan kedekatanku dengan kenangan tak menyakitkan itu, meski hanya beberapa detik — kenangan yang datang sendiri, tanpa perlu memikirkan secara sadar. Ada satu tempat yang terlintas dalam benakku. Satu tempat yang akan selalu menjadi miliknya, bukan milik orang lain. Tempat yang magis, penuh cahaya. Padang rumput indah yang hanya pernah kulihat sekali dalam seumur hidupku, benderang oleh sinar matahari dan kulitnya berpendar gemerlap.

Aku bagaikan bulan tersesat — bergerak dalam orbit yang kecil dan sempit mengitari ruang angkasa yang kini kosong melompong, mengabaikan hukum gravitasi.
Aku ini cangkan kosong. Ibarat rumah tak berpenghuni, ditinggalkan selama berbulan-bulan tak bisa didiami, KOSONG.


Lubang didadaku semakin besar, parah. Kusangka aku sudah bisa mengendalikannya, tapi aku mendapati diriku meringkuk, setiap hari, sambil mencekeram pinggang dan megap-megap kehabisan udara. Aku tak mampu menghadapi kesendirian dengan baik.

*Ungkapan tentang perasaan tiga tahun yang lalu, merasakan kekosongan dan kerapuhan sebelum aku menemukan sebenarnya aku mencinta.

Read More