Loading



Nyolong Phethék

AGEE COMPUTER | 9:16 AM | |



Ungkapan "nyolong pethek" ini sebenernya sudah tidak asing lagi ya di telinga orang-orang Jawa. Nyolong pethek itu jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah "mencuri palu".

Sempat tadi aku dan salah satu teman lama chatting via bbm, biasalah perempuan pastilah ga jauh dari "menceritakan orang" (segi positif lho...). Ngobrol banyak arah eh ketemunya cerita soal Marshanda. Banyak yang tidak menyangka yah motivator artis ini hidupnya ternyata tidak seperti apa yg sudah dia motivasikan kepada orang-orang. Aku kasian sebenernya melihat sosok Marshanda. Hanya karena dia public figure, jadinya yaa kesorot deh menjadi berita yang heboh. Banyak disekeliling kita yang nasibnya sama seperti Marshanda, tapi kok ya agak ga nyangka ya dia begitu.

Yups, itulah penggambaran "nyolong" tadi, kata lainnya atau kita bisa bilang "tidak mengira akan ...". Kalau orang Jawa bilang sih, "wah ra ngiro, kaya e ngene jebul e...". Masih banyak lagi kan kejadian-kejadian yang membuat kita tercengang, kaget dan tidak percaya. Karena kita selalu dihadapkan dengan hal-hal yang sudah biasa kita lihat, normal setiap hari kita melihatnya, ketika hal yang "normal" ini menjadi "tidak normal" kita akan merasa kecolongan. Waah, ternyata begitu....


Kita pernah kan dihadapkan pada suatu kejadian. Misalnya, kalian punya teman yang dianggap sudah baik, kita sering menolongnya atau bahkan sebaliknya. Tanpa tahu alasan, atau tanpa rasa peduli ternyata dia ngrebut pacarmu. Itulah yang dibilang "nyolong pethek", tidak mengira dia akan berbuat sekejam itu tanpa merasakan sakit hati jika pacarnya direbut. Jahat kan?! Oleh sebab itu, aku tidak menggunakan kata "sahabat", karena sahabat tak akan melakukan hal itu. Kecolongan kan? Iya pastinya...

Menurutku hal ini bisa membuat kita akan  menjadi lebih hati-hati terhadap sesuatu yang nenurut kita normal. Banyak sekali penampilan itu sangat mengecoh kita. Don't judge a book by cover, itu perlu loh agar kita terhindar dari segala hal yang buruk menimpa kita, dan membuat kita lebih hati-hati dalam menilai penampilan orang lain. Selain itu biar kita juga waspada terhadap orang yang baik sama kita, sekarang banyak modus penipuan. Bukan jamannya kekerasan, bahkan yang "halus" pun lebih gampang kena penipuan. Tapi bukan berarti kalau ada orang yang baik sama kita, lalu kita curigai, itu akan menjadikan ketidaknyamanan kepada orang itu tadi. Caranya gimana? Ya itu tadi, waspada tapi jangan berlebihan. Kalau terlalu berlebihan, dan ternyata orang itu memang 100% berniat baik, kita sendiri yang akan kena getahnya. 

Begitu juga sebaliknya, bukan berarti yang bertato itu jahat, preman, atau perampok. Banyak kok orang yang bertato malah sering nolongin orang pas saat butuh bantuan. Justru terkadang mereka itu sangat loyal seneng membantu ketika asa orang yang sedang butuh pertolongan. 

Pada intinya, terhadap orang baik ataupun yang berpenampilan kurang baik, jangan berburu sangka terlebih dahulu, berfikiran positif, inshallah hasilnya nanti juga positif. 

Salam,
Read More

What's Going on With Me??

AGEE COMPUTER | 9:47 AM | | | |
 Picture from here


Akhir-akhir ini ada banyak hal yg aku (ingin) ketahui tentang kehidupan. Secara pribadi aku belum mengenal lebih jauh siapa aku. Kenapa aku? Dan mungkin apa yg terjadi denganku?

Aku dulu pernah mengalami "mental breakdown" (mungkin), tapi yang pasti aku sering mengalami gangguan perasaan, entah itu apa. Terkadang aku bisa merasakan seneng, dan tiba-tiba aku bisa merasakan sedih meskipun dua hal tersebut tidak langsung berganti dalam suatu kurun waktu yang sama. Yang pasti disaat aku tersakiti, satu hal yang hanya di dalam pikiranku saat itu adalah "aku ingin mati". Di luar aku memang terlihat baik-baik saja, namun di dalam hati aku masih masih menyimpan hal-hal yang mampu membuatku "DOWN".

Aku pernah melukai pergelangan tanganku sendiri, yang pasti saat itu orang tuaku mungkin tidak pernah tahu, dan aku selalu menutupi hal-hal yang menyedihkan tentang aku, itu karena aku tidak ingin mereka ikut merasakan. Dan luka gores itu masih ada, disebelah tangan kiriku. Bahkan aku pernah meminum pemutih pakaian, hanya gara-gara orang yang menghancurkan hidupku hanya semenit. But, God still give me a life. 
Entah aku sedang mengalami depresi atau apa, yang pasti hingga saat ini jika ada seseorang yang menyakiti aku, terlebih dia orang yang aku sayang, aku cuma ingin melukai diriku sendiri. Bahkan terkadang aku bisa melakukan hal-hal yang diluar dugaan. Antara sadar dan tak sadar, aku pernah mencekik suamiku sendiri (sorry hubby). Tiba-tiba marah tanpa bisa terkontrol, dan hal sepele pun mampu menyulut emosiku hingga tak sadarkan diri banyak ucapan yang aku keluarkan telah menyakiti orang-orang disekelilingku. Tiba-tiba marah terhadap orang yang di jalanan yang seenaknya sendiri, tanpa bisa mengontrol amarah yang seharusnya tidak perlu keluar. Saat seseorang terdekat menyakitiku aku merasa ada yang berbisik, dan membuatku berfikir membenarkan bisikan tersebut. Aku tak pantas hidup, aku hanya menyusahkan, dan aku hanya membuat mereka terbebani akan kehadiranku, jika aku tak ada alangkah indah tak akan ada orang sepertiku. Bisikan-bisikan itu yang terkadang membuatku merasa kecil, dan minder, kurang percaya diri. Kesakitan, kekecewaan dan rasa pedih mungkin saja sudah berkumpul bahkan ada rasa dendam yang masih aku simpan rapi dalam hati. Aku tahu dan aku sadar menyimpan perasaan-perasaan ini akan membunuhku di kemudian hari, tapi aku tak tahu bagaimana cara menghilangkannya. It's so hard to leave from this situation.

Seperti yang aku katakan di atas, krisis percaya diri pun saat ini aku alami. Aku tak pernah bisa nyaman bergaul dengan siapapun kecuali orang-orang yg sudah lama mengenalku. Memulai hal baru dengan orang-orang baru sangat sulit bagiku, bahkan hanya dengan tulisan. Aku hanya bisa berbicara dan menulis dengan diriku sendiri dan orang-orang terdekat. Dan pikiranku hanya dipenuhi pikiran negatif tentang orang-orang baru. Aku hanya takut tidak diterima oleh mereka
Dampaknya, aku juga memperlakukan hal tersebut kepada anakku. Aku tak pernah tega dia disakiti oleh teman-temannya, dan aku juga takut jika dia tidak bisa diterima oleh teman-temannya. Aku tak segan-segan memarahi bahkan melukai jika mengganggu anakku. Entah apa yang aku rasakan, yang pasti krisis kepercayaan sudah tertanam pada diriku. Sometimes you don’t know who you can and cannot trust, I still learn that over and over again. Belajar percaya kepada orang lain, tapi akhirnya dikhianati. Aku sering mengalami, pada teman bahkan pada pacar. Dari peristiwa2 itu membuatku sulit percaya, bahkan bisa mencapai paranoid, korbannya suamiku sendiri. 

Entah apa yang aku rasakan, suasana malam sering membuatku tiba-tiba menangis tanpa sebab. Pernah suatu malam, suamiku menemukanku saat aku menangis, jika aku menjawab "I'm fine, I am okay", itu akan membuat suamiku semakin bingung, akhirnya aku berbohong kalau aku sakit, padahal aku tidak tahu kenapa, yang ada dalam pikiranku hanya kilas balik kejadian-kejadian buruk di masa lalu. Menjadikan aku menumpukan rasa dendam, sakit hati yang tak bisa tersalurkan.

Aku merasakan banyak yang aneh dengan diriku, sepertinya aku tidak normal, aku tidak seperti orang-orang di luar sana. 
Aku menulis tentang ini bukan karena berita heboh tentang Penyakit yang diderita Marshanda. Tapi lebih kepada aku mengeluarkan segala rasa yang sering aku rasakan. Aku berharap aku normal, aku tidak depresi atau mengidap bipolar disorder. Aku hanya ingin menuangkan apa yang aku rasakan. Biasanya aku akan lebih baik jika apa yg aku rasakan bisa tertuang melalui cerita, puisi atau bahkan hanya sebatas tulisan seperti ini. Namun lebih baik lagi jika aku bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan, apa yang aku pikirkan bisa aku ceritakan kepada orang terdekat. Yah, namun aku yakin aku termasuk orang normal seperti kebanyakan orang-orang normal lainnya.

Penderita insomnia, mungkin aku punya gejala tersebut. Bahkan ketika aku masih duduk dibangku SMA, sebulan aku bisa tidur jam 3, pagi harus ke sekolah, dan akhirnya tertidur di kelas. 
Dan dibangku SMA itu juga aku pernah mengalami sedikit gangguan dari teman-teman yang aku anggap mereka baik, tapi kenyataannya tidak. Suatu ketika saat pagi aku datang, di papan tulis aku membaca tulisan yang menyakiti hatiku. Tulisan seorang teman sekelas, dia tulis saat sepulang sekolah dan aku membacanya keesokan harinya. Tulisan itu mengganggu pikiranku, seburuk itukah aku?? Aku bahkan tidak tahu apa salahku, aku tidak tahu kenapa mereka begitu kepadaku. Beruntung aku masih punya sahabat-sahabat yang mampu memberiku semangat ketika segerombolan anak sedang memojokan aku dengan tulisan2 buruk itu. Berantem dengan kakak kelas, dan adik kelas tanpa tahu penyebab permasalahannya. Aku seperti diintimidasi oleh mereka secara bergantian.
Masih banyak kejadian pahit yang aku alami tentang pengkhianatan seorang teman. 

Begitulah hingga aku masuk ke perguruan tinggi, kebetulan aku "berhenti" sekolah dua tahun. Semenjak itu aku merasa kepercayaan diriku menurun. Aku jadi susah bergaul, dan pernah merasa terkucilkan di dalam suatu kelompok extrakulikuler. Akhirnya aku memuruskan keluar dari ekskul tersebut, karena aku merasa zona ini sudah tak nyaman. Melihat cara mereka memandangku, rasanya aneh atau aku saja yang merasakan yang aneh. Keluar dari situ, aku gabung dengan team paduan suara, meski begitu aku masih merasa kurang nyaman. Hingga akhirnya aku punya sahabat, Sebut saja namanya Bagus. Dia sahabat yang selalu ada saat aku kesepian, saat aku gembira. Tapi pada akhirnya dia juga menghindariku, aku tak tahu pasti. Entah dia sudah punya kekasih atau apa aku juga tidak pernah tahu. Tak pernah ada ungkapan atau gambaran tentang kesalahanku. Bertambah lagi pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku cari jawaban. Hingga aku menemukan dua orang teman yang awalnya akj anggap mereka adalah teman baikku. But, totally not true. Mereka sama seperti teman yang datang ketika butuh, entah apa yang mereka butuhkan dari aku. Setidaknya jika mereka teman yang baik, akan menegur kesalahan sahabat/temannya, bukan mendiamkan lalu memusuhi,  ngomongin keburukanku dibelakangku dan menghasut teman yang lain untuk tak berteman denganku.

Begitulah seterusnya, aku tidak pernah bisa berjalan beriringan dengan sahabat perempuan sejak aku lulus SMA. Bagiku mereka adalah sahabat terbaik yg tidak pernah aku temui di perguruan tinggi. Mereka mampu menerimaku apa adanya, bahkan mereka tak segan menbantu jika aku memerlukan mereka. Dan itu tak aku temui di saat aku kuliah. Hanya memikirkan diri sendiri, itulah yang aku rasakan. Kebanyakan teman yang paling peduli denganku itu adalah laki-laki, tanpa memandang dia suka atau tidak denganku. Semenjak aku menikah mereka sudah menjaga jarak, dan lagi I don't have a friend to share anything.

Krisis percaya diri sepertinya sudah menempel padaku. Bahkan yang aku tahu pada diriku hanya kelemahan, aku tak mampu melihat sisi kelebihanku. Aku merasa seperti dan sering diremehkan, tak pernah ada yg memuji atau memberi award berupa support mental kepadaku. Tak jarang jika aku merasa seperti ini aku bisa menangis sendiri yang hanya ditemani lampu kecil. 
Tak ada teman yang bisa berbagi kisah seperti dulu waktu SMA, seperti dua sahabat yang mau mendengar dan memberi pelukan hangatnya.

Bahkan tak ada yang bisa aku ajak bicara seperti ini, kecuali blog ini. Aku hanya ingin bilang aku cuma ingin diterima. Begitu sulit membangun kembali rasa percaya diri, bahkan orang terdekat pun terkadang membuat rasa percaya diri itu semakin memburuk. 
Rasa kesal, marah, dan sedih bahkan gembira sulit untuk aku bagi. Kepada siapa?? Untuk apa?? Dan kenapa?? Bahkan aku sendiri tak tahu apa yang sedang terjadi denganku. 

Sehari-hari hanya ingin dirumah, bahkan suatu masa aku ingin pergi dari rumah, mencari sesuatu yang baru, mungkin mencari teman baru, atau buku baru bahkan benda-benda baru yang bisa membuatku tenang. Tapi, di sisi lain untuk beranjak dari rumah merupakan hal yang berat, banyak faktor, salah satunya pertanyaan tadi, "apa ada yang mau menerimaku?"

Sering kali aku merasa iri kepada teman-temanku yang memamerkan foto dirinya tertawa dengan teman2nya. Dia menunjukan, bahwa dia tak sendiri. Bahkan banyak bentuk perhatian yang dia petik dari teman-teman mereka. Yah, itu yang tidak aku dapatkan sekarang. Bahkan untuk mengajak foto selfie dengan suami pun tak punya keberanian, rasa takut ditolak selalu menjadi hal penghalang. 

Dari sekian tahun lamanya aku memendam rasa, keinginan mencari tahu kenapa aku? Ada apa denganku? Aku akhirnya memberanikan diri untuk menulis ini. Mencari jawaban atas pertanyaan2 dan mencari solusi untuk memecahkan pertanyaan tadi. 

Yang pasti ada satu hal yang bisa membuatku tenang saat aku mengalami hal-hal tersebut tadi. Yaitu, musik. Mendengarkan musik yang cocok dengan suasana hati, yang mampu menenangkan jiwa meski terkadang akan mengoyak lebih keras lagi. Tapi ada satu hal yang mampu menguatkan aku, yaitu keluarga terutama anak dan suami. 


Aku harap aku ingin segera menulis kata "THE END" di akhir jawaban tanpa ada sebuah pertanyaan lagi yang aku harus cari jawabannya kembali. 
Read More

Timun Wungkuk Jaga Imbuh

AGEE COMPUTER | 9:40 AM | |
Sore tadi melihat status seorang teman akrab, saya tertarik dengan peribahasa Jawa ini "Timun Wingkuk Jaga Imbuh". Arti yang dalam peribahasa ini adalah "wong bodho kanggone yen kekurangan wae.". Seperti diketahui bentuk timun tidak sempurna, tapi biasanya kita sayang untuk membuangnya. Ketimun biasanya hanya digunakan untuk tambahan atau bonus, seperti saat kita membeli ayam panggang, ketimun ini hanya sebagai lalapan, dan tak semua orang suka makan lalap. Atau bisa kita temui pada makanan seprti nasi goreng, mie goreng, dll.

Jika kita sering mendengar peribahasa "Tak ada rotan, akar pun jadi", apapun bisa kita gunakan untuk melengkapi atau lebih tepatnya mengganti sesuatu untuk menyempurnakan hal tadi. Dalam kehidupan kita bisa melihat hal-hal kecil yang menggambarkan Timun Wungkuk tadi. Seperti ketika kita di kelas sebagai murid, murid hanya diberi batas hanya diberi (ilmu) tanpa ada yang memberikan kesempatan untuk memberi. Tekadang "pemberian" murid hanya dianggap hal sepele oleh guru. Saya pernah mengalami hal-hal tersebut ketika SMP bahkan di Perguruan Tinggi. Ketika saya memberikan pendapat, argumen, dan bahkan membenarkan ketika dosen mengajarkan sesuatu yang salah (bukan maksud saya ini keminter), terkadang ada guru yang tidak terima dan bahkan saya sempat dibilang "Sok tahu" oleh dosen saya. Begitulah pemikiran dia yang mungkin masih melekat bahwa guru itu selalu benar, dan murid itu harus patuh dan menerima apa yang dia ajarkan, ketika ada hal yang murid lebih tahu, guru tak mau disalahkan dan mengakui kesalahan. 

Di dalam kehidupan rumah tangga pun sering terjadi hal yang sama. Bahkan banyak sekali teman dan sahabat yang curhat, dan mengeluh soal sikap suaminya. Banyak suami yang menganggap istri itu sebagai objek penderita, yang diperlakukan seperti pembantu, karyawan dan bahkan hanya dimanfaatkan untuk memenuhi keegoisannya. Sebaiknya suami tidak berperilaku seperti itu, sebaiknya suami menyayangi istri, dan menjadikan istri sebagai pemeran utama yang membuat alur cerita kehidupan suami lebih indah. 
Begitu juga dengan istri yang menganggap suami adalah mesin ATM, yang kapan pun bisa diambil uangnya untuk kepuasan hati semata. Istri itu seharusnya bisa memelihara harta suami, baik saat dekat dengan suami bahkan jauh dari suami. Bangunlah "Rumah" yang nyaman dengan pondasi pengertian, dan saling berempati.

Di sisi lain, bentuk dari Timun Wungkuk Jaga Imbuh adalah bentuk kerendahan hati, menempatkan diri sebagai pemain cadangan yang selalu siap dipakai jika pemain utama diharuskan berhenti dari permainan. Jadi, sebagai pemeran pengganti harus banyak menerima. yang terpenting merendahkan hati tanpa harus merendahkan diri
Read More