Memandang langit malam ini, tiada bintang dan rembulan yang ramah membagikan senyum terindahnya, namun hati ini tenang mendengar suara gemericik air yang turun.
Setenang hati ketika mengingat senyum itu. Ingin aku berbagi cerita denganmu tentang malam ini, cerita tentang perasaan yang menggertarkan hati, cerita tentang sepotong cinta yang aku bingkai dalam kisah kasih yang terajut dalam benang asmara. Sepotong hati yang akan menjadi satu dalam ikatan perkawinan yang suci tiada noda.
Cukup bagiku mendapatkan seorang pria sepertimu, pria yang menenangkan setiap jalanku yang berliku, meluruskan. Jika merindukanmu akan kutulis sebait puisi tentang kerinduan, puisi sederhana namun mengalum bagaikan nada dan harmoni menyentuh. Dalam kerisauan malam ini, aku mengukir namamu di hatiku dengan sebuah pena cinta, dengan cat kasih sayang, mengukir namamu dengan penuh kehati-hatian.
Aku ingin selalu bersamamu, setiap waktu tiada detik yang memisahkan kita. Memelukmu tiada jengkal yang mampu melerai kita. Selalu setia meski dalam penantian yang panjang. Lihatlah gerimis malam ini, menghantarkan kenangan dua tahun yang lalu, menantimu, menanti pinanganmu. Meski aku malu-malu menerima hatimu, ada asa yang berhasrat dalam hati untuk segera memilikimu, seperti hatimu yang segera ingin memilikiku.
Rinai gerimis yang menyejukkan hati, seperti angin semilir membelai wajahku yang berpeluh keringat lelah menantimu, memberikan kekuatan untuk setia menanti. Gerimis meninggalkan genang cinta yang sangat dalam. Aku menantimu…. . .
Originally written by Ruri Friday, May 20, 2011 at 8:17 pm.
*Wong lagi mumet, tulisane yo melu mumet gak nyambung