Loading



Rindu Rumahku

AGEE COMPUTER | 3:22 AM | | | |
Rumah

Aku rindu rumahku dulu. Rumah dimana aku lahir, dan dibesarkan. Rumah banyak kenangan indah dan sedih, semua berbaur menjadi satu. Aku merindukan suasananya, baunya, halamannya, semua yang ada di sana.

Tempat yang paling aku suka, kamarku. saat aku sedih, menjadi nyaman ketika aku berada di ruanganku, ruanganku, wilayahku. Aku bisa bernyanyi, menari, menulis, membaca, berbincang, mendengar, dengan leluasa hatiku hanya di kamarku, kamar biruku.

Di kamarku aku mampu mengingat semua kenangan dalam tersimpan dalam otakku. Saat pertama kali aku jatuh cinta, putus cinta, sedang bahagia karena mendapat pasangan baru, hingga kenangan saat aku masih menjalin cinta pertama kalinya dengan suamiku. Aku merindukan ruangan itu. Merindukan semua kisah yang aku tinggal di ruangan itu.

Halaman belakang rumah, pohon mangga yang kerap kali aku panjat hanya untuk memetik sebuah mangga yang masih mentah, atau memanjat untuk ketengan hati. Aku sering memanjat pohon mangga itu (dulu), terasa nyaman ketika aku berada di puncak pohon mangga. Melamun, dan membayangkan hal-hal yang membuat bibirku tersenyum. Sekarang tak lagi aku bisa meraih setiap ranting yang kokoh untuk menenangkan jiwa yang sedang sepi.



Aku merindukan semua tentang rumah itu, rindu orang-orangnya, rindu celotehan tetangga, rindu lalu lalang disekitar rumah, rindu masa kecil.
Setiap hari aku membayangkan, saat ini aku masih berada di rumah itu, bersama dengan kawan-kawan lamaku, mengingat memori ketika kami kecil dulu. Bermain bersama, tertawa bersama, memanjat pohon jambu bersama, dan bermusuhan bersama. Mereka masih di sana, dan aku merasa terusir dari mereka.

Tak akan habis membicarakan rumah itu, rumah dengan segala kenangan, rumah dengan segala kenyamannya. Perih saat membicarakan tentang rumahku, sakit hatiku. Terusir dan terpaksa meninggalkan semua cerita pahit dan manis, dan aku harus meninggalkan tempat kenangan itu dengan penuh duka.
Seandainya semua itu tak akan terjadi, seandainya aku tak terusir dari tempat itu, aku masih dalam kedamaian berkawan dengan segala jiwa yang damai bersama dengan cerita-cerita kehidupanku.

Di tempat ini tak lagi aku mendapatkan hati yang tenang. Aku rindu tempat di mana aku dibesarkan, aku merindukan semua kenangan-kenanganku saat aku masih kecil dulu. Tak puas hanya memandang foto-foto, atau membayangkan, aku ingin memiliki tempat itu lagi, tapi semua sia-sia. Sedih, dan perih, hanya bisa menjadikan dendam dalam hati. Semua terkubur bersama kenangan-kenangan, tak ada cerita untuk anakku kelak, tak ada lagi dongeng yang aku ciptakan pada setiap ruang yang memiliki kisah tersendiri.