.
.
::: Perempuan itu menggenggam sebuah hati yang utuh kepada lelakinya. Hati-hati dia berjalan pada jalan setapak dan masih menggenggam hati yang tulus kepada lelakinya. Tanpa lelah dan berhenti, perempuan itu terus berjalan, mencari lelakinya yang tak kunjung datang, meski rindu sudah diambang perbatasan kesabaran. Perempuan itu selalu memperlebar batas-batas kesabaran untuk tempat rindu yang selalu singgah pada setiap detiknya. Cintanya terlalu tulus, dan besar, dan terkadang tak merasa ia sudah berjalan jauh untuk mencari lelakinya.
.
::: Perempuan itu menggenggam sebuah hati yang utuh kepada lelakinya. Hati-hati dia berjalan pada jalan setapak dan masih menggenggam hati yang tulus kepada lelakinya. Tanpa lelah dan berhenti, perempuan itu terus berjalan, mencari lelakinya yang tak kunjung datang, meski rindu sudah diambang perbatasan kesabaran. Perempuan itu selalu memperlebar batas-batas kesabaran untuk tempat rindu yang selalu singgah pada setiap detiknya. Cintanya terlalu tulus, dan besar, dan terkadang tak merasa ia sudah berjalan jauh untuk mencari lelakinya.
Lelah yang ia rasakan tak mampu menghalangi untuk segera menemukan pasangan hati yang dibawa lelakinya.
Ya, perempuan itu terus mencari kemanapun tempat yang ia ingin cari. Satu persatu dia singgahi tempat-tempat yang ia merasakan keberadaan sang lelakinya. Ia merindukan lelakinya, lelaki yang berarti di dalam kehidupannya.
Di jalan ini, sang perempuan menemukan lelakinya berdiri pada perempatan jalan, memeluk hati yang sama seperti hati sang perempuan. Masih ada ukiran nama sang perempuan di tengah hatinya. Lelaki ingin pulang namun tak sanggup ia melewati jalan-jalan pulang. Sang lelaki tersesat. Ah, beruntung sang perempuan menemukannya, ia berlari memeluk kekasihnya. Tak terlepas pelukannya hingga maut memisahkan cinta mereka.
.
.
By Merry Indria, Friday, June 5, 2011
.
By Merry Indria, Friday, June 5, 2011