Loading



Tepa Slira

AGEE COMPUTER | 11:10 PM | | |
::: Saya diingatka kembali dengan ungkapan, atau kalimat pendek dari Jawa, yaitu “Tepa Slira”. Arti dari “tepa slira” adalah tenggang rasa, himbauan agar segala sesuatu yang terjadi diukur dan diterapkan pada diri sendiri, dengan kata lain, Empati. Tepa Slira Dengan demikian perbuatan kita tidak semena-mena terhadap orang lain. Kita juga mampu menghargai orang lain, dengan mampu menempatkan diri.

Yen awake dhewe krasa lara dicethot, ya aja nyethot  uwong  jalaran larane wong  dicethot iku ya padha rasane kaya nalika awake dhewe dicethot uwong. Yen awake dhewe  mangkel  diina, ya aja ngina uwong



Inti dalam bahasa Indonesia adalah, kalau merasa sakit saat dicubit, maka janganlah mencubit orang lain. Jika tersinggung kalau diejek mengenai kelemahan diri sendiri, maka jangan pula mengejek kelemahan orang lain, karena dia juga pasti tersinggung. Yen lara atine bojone dielus-elus uwong, ya aja ngelus-elus bojone uwong, kalau pasangannya gak mau direbut, ya jangan merebut, apalagi sudah merebut, melabrak lagi, hahahaha…

Dengan menempatkan diri, dan mengukur segala sesuatu didalam diri kita, orang lain pun juga akan menghargai kita. Tutur kata yang halus, ramah, dan baik kepada orang, orang juga akan respect terhadap perilaku kita, dan kita tidak akan dipandang sebelah mata. Tepa slira juga mampu mendamaikan rasa.
Nah, selain ungkapan Tepa-Slira ada ungkapan bahasa Jawa lain yang patut untuk kita lihat dan pahami yaitu AJA RUMANGSAN, AJA KAGETAN dan AJA DUMEH. Jika kita laksanakan ungkapan-ungkapan ini, kehidupan kita akan menjadi lebih harmoni dan tidak akan terjadi konflik antara sesama manusia.

Ungkapan-ungkapan tadi seharusnya kita pelajari dari kecil, dan anak-anak kita nanti juga harus diajarkan untuk bertenggang rasa terhadap semua makhluk hidup, khususnya manusia, agar kita senantiasa damai dan jauh dari pertengkaran.