Aku rada sedikit dendam sama ini dosen. Ketika matkul, SL, she said “any question?”, aku nunjuk tangan nih, karena memang ada pertanyaan yang ingin aku ketahui jawabnya. And I asked “Untuk kata … [Lupa ane, hehehe] itu apa ya maksudnya?”, dan memang sialan bener ini dosen, dia malah bilang gini, **”Udah semester 7 gak tau artinya kata itu.” Hmmm, sialan juga ini orang, gak tau apa aku lebih tua dari dia? Mentang-mentang bokapnya pejabat dia belagu amat. Dengan halus aku ungkapkan, “Maaf Miss, bukan arti yang saya tanyakan, tapi maksud, dan kenapa dia harus ada di dalam golongan social tersebut?” Mukanya waktu itu tak pernah aku lupa, swear, merah gitoo.. “Nanti saja saya jelaskan.” **Nyahoooook… Dia niat buat aku malu, atau memang dia juga tidak tahu maknanya?? Dan saya pun tak kehabisan akal untuk buat dia malu di depan teman-teman saya… Hahahahahaha…. Hingga sekarang, saya wisuda, saya belum juga dapat jawaban dari sang dosen, hingga pertanyaannya pun lupa..
Dan satu lagi, saya dan teman-teman saya memang memandang dia sebagai dosen yang super lebay (a.k.a: sok). Dia terbilang dosen baru di kampus kami, tetapi yang bikin kita gerah adalah sikapnya yang seperti dia **”pinter dewe” [pintar sendiri] dan **”sok pede”. Terkadang setelah matkul dosen lebay itu selesai, kita tertawa ngakak di kelas. Kenapa? Karena pronunciation dia yang terkadang salah. For example: dia selalu mengucapkan kata “English” dengan ucapan seperti ini: “Eng-lish”. What?? Dia lulusan University TOP di Surabaya, kenapa pronunciation dia jadi begitu ya?? Tapi, tak apalah, toh kita mahasiswa sudah tak terpengaruh “gaya salah” sang dosen.
Belum lagi ketika saya menanyakan nilai translation, [yang pas banget "pendalaman teori" dengannya] dia dengan enteng bilang, **”Kalau kamu dapat D, jangan merengek-rengek sama saya. Kamu kira anak-anak yang ‘pendalaman teori’ gak bisa dapat D? Jangan salah.” Kalau aku tidak ingat siapa dia disitu dan ketika aku lihat nilaiku B [B?? Lumayan untuk dosen sepelit dia], **pasti sudah aku becek-becek mulutnya… Hufft.. Sabar… Ingat pepatah: masuk telinga kanan, keluar telinga kiri [kebalik ga ya?
Nah, terkadang kita sebagai pengajar memang sering “salah ngajar”. Pun ketika saya terjun langsung untuk mengajar siswa-siswa SMK yang di kotaku merupakan sekolah yang sangat bagus, saya juga pernah melakukan kesalahan. Saya manusia, wajar itu. Saya menyadari kekurangan saya ketika itu. Waktu itu saya selalu mengawali pelajaran dengan kalimat ini:
“Anak-anak, saya disini bukan hanya sebagai ‘pembagi’ ilmu, namun saya disini juga bisa belajar dari kalian. Dan intinya kita sama-sama belajar.”
Kalimat tadi dimaksudkan supaya mereka tidak minder, atau saya tidak malu ketika saya melakukan kesalahan dan “kelupaan” menjelaskan teori. Saya tidak mau sombong. Apa yang mau disombongkan? Ilmu saja pas-pasan. Jika saya pandai, saya pun tak ingin sombong, dan bertingkah “sok” dihadapan siswa-siswa saya. Karena hal yang paling dibanggakan seorang pengajar, selain membuat mereka pandai dan banyak wawasan, adalah disegani oleh siswa dan dekat dengan mereka, [tentunya masih ada sopan santun murid terhadap guru]. Dekat dengan murid memang gampang, namun menjaga kewibawaan itulah yang memang sulit.
Jika dosen semua di prodi kampusku seperti dia semua, mahasiswa banyak yang makin “senewen”. Gimana jadi pendidik kalau tingkahnya masih seperti itu? Shout out di twitter, kalimatnya kasar sekali, belum status-status di facebook, sama sekali tidak mencerminkan seorang dosen. Seharusnya dia sebagai tenaga pengajar yang baru, harus mendekatkan dirinya kepada hati mahasiswa, toh jika dia melakukan kesalahan ketika dia mengajar, paling tidak tidak ada hinaan kepadanya. Seperti yang saya lakukan ini, namun saya tidak menghina, hanya memaparkan kenyataan saja. Hahahaha….. Maaf bu dosen, jika anda membaca posting saya, dan anda tidak berkenan, seharusnya anda berkaca terlebih dahulu sebelum menuntut saya. Tulisan saya merupakan sedikit kritik dan saran, jika tidak terima, jangan hidup di dunia ini, karena hidup memerlukan kritik dan saran dari siapapun. Terima kasih…..
.
Guru, digugu dan ditiru. Kalau gurunya sombong dan angkuh, bagaimana dengan muridnya???
*pendlemingan sang insomnia dadakan*
June 9, 2011 at 01.30 am.