Melihat ibu itu aku tersentuh sekali. Aku membayangkan, jika aku menjadi ibu itu, malam-malam sendiri, yang entah dari mana dan kemana, menggendong anak yang masih kecil, dan anak itu tertidur lelap. Mengayuh sepeda tanpa terlihat beban di wajahnya. Mana aku mampu, mana aku sanggup.
Ah, melihat ibu itu aku bersyukur sekali Tuhan telah memberikanku hidup yang layak, dan sangat layak dibandingkan ibu tadi. Aku masih berpakaian bagus, mahal, sedangkan ibu tadi hanya memakai daster lusuh. Aku masih memakai motor yang bagus, sedangkan ibu tadi hanya mengayuh sepeda yang sudah usang, menggendong anaknya dengan gendongan yang sudah lama dan sepertinya harus diganti. Aku bersyukur, aku tak pernah membawa anakku pergi dengan bersepeda di malam hari. Angin malam kali ini terlalu menghembuskan nafasnya, tak enak ketika menyentuhnya. Kasian anak kecil itu..
Tuhan, alhamdulillah, aku berterima kasih atas semua karuniamu kepadaku. Wanita tadi sudah menguatkan aku, membuatku tegar dengan semua kenyaatan yang aku hadapi, kekecewaan yang aku alami, penolakan yang menamparku. Jika sebelumnya aku tak menemui wanita itu, lembar putih itu akan menampar harapanku.
.