Aku ingin berbincang dengan dia, seperti saat-saat dulu, dua tahun yang lalu. Banyak yang ingin aku ceritakan padanya, cerita tentang kehidupan, mengingat pertama kali kami berbincang. Aku menyukainya, bulan, seperti senyum indahmu yang selalu menghadirkan keindahan langit malam, indah tanpa syarat.
Bulan menggambarkan wajahnya yang pucat, berambut coklat dan senyum yang menawan pada wajahnya.
Jiwaku masih bergemuruh dengan keluh, hingga malam melempar sauh, tergantung pada temali rindu yang tak berujung luruh. Aku mencarinya pada tumpukan asa, berharap aku menemukan senyum itu lagi. Senyum yang menyelip pada suara-suara alam malam yang tak berjiwa. Aku merindukannya, bulir-bulir rindu itu aku ikatkan pada bongkahan kayu, ku larungkan pada laut bisu agar air asinnya mengikis laraku. Aku mencarinya namun tak kunjung dapat, aku menyerah pada kenyataan, hingga aku temukan dia tersenyum.
Aku berlari menghampirinya, dan memeluknya melarutkan semua kerinduan pada laut air mata dan cinta.
.
.
Memory on early May 2009.. By Princess Merry Indria