Loading



Harapan Di Hardiknas

AGEE COMPUTER | 10:08 PM | |



Sebetulnya hari kemarin adalah haru Jumat, 2 Mei (iya terus kenapa?). Lupa kan? iya saya juga lupa, kalau bukan karena teman BBM saya update status tentang "HARDIKNAS" (Hari Pendidikan Nasional), "jadi petugas ngibarin bendera, #HARDIKNAS". Status BBM itulah yang mengingatkan saya tentang pendidikan di Indonesia yang menurut kacamata saya semakin tak terarah. Banyak masalah yang terjadi di dalam lingkup pendidikan di Indonesia. Baru-baru ini yang masih hangat adalah kasus kekerasan seksual yang menimpa anak TK di sekolah bertaraf Internasional, Jakarta International School.

Sekolah yang dari namanya sudah elite dan menurut media, uang yang dikeluarkan untuk anak-anak mereka di sekolah ini tidak tanggung-tanggung loh, katanya sih bisa mencapai angka 100 juta lebih. Wooow!!! Sekolahnya pun dari segi keamanan juga bisa tergolong baik, contohnya setiap masuk kendaraan diperiksa oleh security sekolah. Tapi kenapa kok ya sampai ada kejadian yang saya sebagai orang tua juga ikutan miris. Anak TK yang masih kecil dan lugu-lugunya harus mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh penjaga kebersihan toilet. Yang menjadi pertanyaan saya dan mungkin oleh orang lain adalah ketika si anak pergi ke toilet, apakah tidak ada guru yang mendampingi si anak? Padahal anak umur segitu seharusnya perlu pendamping ketika si anak ingin ke toilet. Saya jadi ikutan paranoid yah menjadi seorang ibu yang anak saya juga akan masuk sekolah. Mungkin dari kasus ini pihak JIS bisa memperbaiki lagi keamanan untuk si anak agar kejadian serupa tidak terus terulang kembali.



Permasalahan lain, setiap tahunnya anak kelas 3 SMA atau SMP pasti akan menempuh UN (Ujian Nasional), jika tidak bisa mencapai target nilai yang ditentukan anak tersebut tidak lulus sekolah. Jaman saya sekolah saya juga begitu, kita menyebutkan sebagai kelinci percobaan, dan terbukti banyak diantara kami yang tidak lulus sekolah. Mungkin pemerintah membuat kebijakan seperti ini agar kami, para siswa bisa belajar lebih baik dan lebih rajin lagi. Tapi, apakah pemerintah ingat mata pelajaran yang diajarkan di setiap sekolah itu berbeda? Diliat dari segi SDM masing-masing sekolah pun juga berbeda. Sekolah yang dipelosok otomatis juga berbeda dengan sekolah kota yang fasilitas sekolahnya mencukupi. Apa ini adil untuk mereka yang sekolahnya mempunyai fasilitas yang kurang mumpuni? Saya rasa kurikulum yang sedang berjalan sekarang juga belum siap untuk di aplikasikan di negara ini. Saya dan teman-teman saya pun mempunya pendapat, 3 tahun belajar tetapi hanya ditentukan 3 hari, dan itu bagi kami saat itu sungguh tidak adil.

Sumber daya tenaga guru sekarang ini, saya rasa juga sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, tes untuk calon guru pun hanya berbekal segepok uang, tanpa melihat isi otak yang ada pada calon guru. Alhasil banyak oknum guru yang bertingkah semacam kriminal. Contoh lain saja, tidak usah jauh-jauh, saya punya teman guru bahasa inggris, salah satu status dia menulis seperti ini "Noting useless", suami saya yang mahir berbahasa asing pun bertanya, maksudnya apa? Kok bisa seorang guru bahasa inggris menulis seperti itu? Pernah juga saya iseng bertanya salah satu kawan saya yang kebetulan juga seorang guru di sekolah yang katanya bertaraf international juga. Waktu itu saya nanya, apa sih bedanya "Thank God", sama "Thank's God", dan yang bikin saya kaget dia tidak bisa menjelaskan tentang keduanya. Itu kenapa?? ya karena segepok uang tadi.... Saya juga tidak menyalahkan teman-teman saya tadi, toh mereka niatnya nyari kerja, yang bikin saya heran praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme kenapa masih ada di negara ini, bahkan untuk tenaga keguruan juga masih banyak yang begitu, bagaimana nasib anak didiknya kalau ada guru macam begitu? Yang dikhawatirkan bukannya pendidikan makin maju tapi malah makin merosot tajam. Saya sebagai calon wali murid juga khawatir tentang hal ini, apalagi iming-iming sertifikasi dari pemerintah membuat para guru semakin tidak konsentrasi dengan anak didiknya.

Semoga prasangka saya terlalu berlebihan ya, dan saya juga berharap HARDIKNAS ini bisa membuat para guru semakin berprestasi dan semakin meningkatkan kinerja atas anak didiknya, bukan hanya untuk mencari materi semata. Dan semoga kurikulum yang dihadirkan di Indonesia ini tidak membuat anak didik semakin menderita, karena diharuskan memperlajari materi yang berat dikala mereka masih ditingkat yang belum mewadai utnuk menerima materi-materi tersebut. Saat saya sekolah dulu, saya tidak pernah pulang hingga sore, saya lihat anak jaman sekrang terlalu banyak les dan les, parahnya para orang tua terkadang mendorong mereka untuk terus belajar, belajar tanpa ada waktu bermain atau refreshing bersama teman-teman mereka.