Loading



Kawan Dan Lawan

AGEE COMPUTER | 11:29 PM | | |


Percaya atau tidak, kawan yang selama ini kita percaya, kita anggap baik, dan bahkan kawan yang tahu semua rahasia kita mampu menjadi musuh kita. Begitu juga sebaliknya, lawan yang kita anggap hina, buruk, dan sering kita maki-maki mampu menjadi teman baik kita, bahkan lebih baik dari teman kita sendiri.
Aku mengalami kejadian tersebut. Kawan tempat di mana biasa aku sharing, dan sangat aku percaya ternyata dia tega menusukku dari belakang. Aku mungkin tidak tahu sebabnya kenapa. Permasalahannya mungkin untuk sekarang adalah masalah sepele, tapi tidak untuk masa lalu yang ketika itu masalah tersebut muncul. Perkaranya hanya seorang “Cowok”, bayangin saja, hanya seorang laki-laki mampu membuat kita menjadi musuh, tidak saling sapa, dan buruknya malah menjelekan namaku.

Dia sebenarnya tahu kalau aku naksir A (sebut namanya A, tapi bukan Awan.. Note: hanya sebutan saja). Aku sering curhat mengenai itu, dan dia juga mengerti sikapku kepada A. Yang aku heran setiap aku dekat dengan A, temanku ini juga gak mau ketinggalan, seolah mencuri perhatian si A juga. Dasarnya mas A ini baik hati dan tidak sombong (beeeh…), ya mau-mau aja dideketin (bahasa gaulnya gitooo..). Lama-lama aku risih ya, sepertinya dia gak mau kalah ambil perhatian si A, (resek banget kan?). Fine, akhirnya aku mengalah saja, pas waktu itu aku mutusin gak ingin berteman dengan orang yang sok baik, sok dengar curhatku, tapi dibelakang dia “nusuk”.



“kenapa sih, harus aku yang mengalah??” Pun ketika kekasihku direbut oleh perempuan lain, aku juga mengalah. Aku tak mau mencari jawabannya, masa bodoh. Ketika aku sedang down, aku ingin menangis di ruang itu sendiri. Ada seseorang yang aku benci memberikan tissue padaku, dan mengatakan “Ikhlaskan saja. Dia toh bukan yang terbaik untukmu. Jangan cengeng kayak sinetron.” Pengen nabok nih, tapi dia benar. Aku hanya bisa diam, dan menerima tissue yang diberikan padaku.
Lalu dia (anggap saja namanya B) berkata lagi padaku:

“Kamu tidak cocok pacaran sama dia. Dia itu belagu, banyak tingkah dan liat aja gayanya, sok cakep.”

Mulai deh.. Tapi aku gak bisa perang kata dengan dia waktu itu. Hatiku hancur, karena penghianatan sahabat, bukan karena laki-laki itu.  
“Apalagi kamu punya sahabat yang tidak tahu malu, kayak temanmu itu. Dia bukan sahabat yang sering kamu gandeng, peluk, sharing. Dia musuh dalam selimut. Sudahlah, buka lembaran baru lagi. Toh teman tidak hanya mereka saja”Dia tidak salah paham rupanya.
Sejak itu, aku dekat dengan B ini, hanya sebatas teman saja. Padahal sebelum itu, kami bagai kucing dan anjing, tak pernah akur.

Diantara kebencian dan cinta sebenarnya tipis tembok pemisahnya, lebih tipis dari kain atau benang. Buktinya, B tahu tentangku, gerak-gerikku. Matanya yang tajam sebenarnya memperhatikanku, hatinya yang membenciku sebenarnya ingin memperhatikanku, dan mendapat perhatianku. Itulah ketika dia membenciku.
Maka ada pepatah yang mengatakan: “Sayangi kawanmu sewajarnya, suatu saat dia mampu menjadi musuhmu. Bencilah musuhmu sewajarnya, suatu saat dia akan menjadi kawan buatmu.”
.
.
By Merry Indria, Friday, May 27, 2011 at 8:20 pm.

Note: coba deh kata KAWAN dan LAWAN huruf awalnya dihilangkan…. Jadinya….